Pelatihan PVE untuk Pemuda Gunungjati

Pembinaan generasi muda untuk menciptakan perdamaian dalam masyarakat.

Perlunya melibatkan komunitas terdekat yang lebih memahami konteks, pergolakkan dan kebutuhan masyarakat dapat lebih berpengaruh untuk melakukan pencegahan intoleransi, radikalisme dan ekstremisme kekerasan. Salah satu caranya adalah dengan mendorong kelompok pemuda untuk berperan lebih aktif dalam mempromosikan toleransi, kerukunan serta perdamaian kepada masyarakat, khususnya di kalangan generasinya.

Berdasarkan dari kesadaran tersebut, pada tanggal 29-30 Oktober 2022, IMPARSIAL bekerjasama dengan Pelita Perdamaian, Pemuda Penggerak, Pemerintah Desa dan MUI tingkat desa menyelenggarakan pelatihan yang dikemas dalam bentuk Sarasehan Kebhinekaan bagi tokoh pemuda di Gedung PKK Desa Jadimulya, Kabupaten Cirebon. Kegiatan sarasehan ini bertujuan sebagai upaya pendampingan dan pemberdayaan dalam merawat perdamaian serta kerukunan di masyarakat, khususnya pemuda.

Kegiatan dimulai dengan pembukaan yang dihadiri oleh berbagai perwakilan. Pertama sambutan dari Ardimanto selaku perwakilan IMPARSIAL menyampaikan, kegiatan sarasehan ini dilakukan sebagai salah satu tindak pencegahan agar tidak terjadi konflik dan merekatkan hubungan antar empat desa dalam merawat kebhinekaan yang ada di masyarakat.

Sedangkan menurut Haryono, Ketua Pelita Perdamaian menyampaikan bahwa peserta kegiatan ini merupakan pemuda yang berasal dari empat desa Kabupaten Cirebon, yaitu dari Desa Adhidarma, Desa Jadimulya, Desa Jatimerta, dan Desa Klayan. Pemuda dari empat desa tersebut terdiri dari berbagai latar belakang, ada perwakilan karang taruna, ikatan remaja masjid (irmas), mahasiswa dan pekerja. Sehingga selepas kegiatan mereka dapat menyuarakan dan menyebarkan hasil pertemuan ini kepada masyarakat di daerahnya masing-masing.

“Oleh karena Pemuda sebagai penerus bangsa, maka di para tokoh inilah yang senantiasa memberikan nasihat serta arahan sehingga bisa menjadi panutan warga sekitarnya,” terang Haryono.

Menanggapi adanya kegiatan sarasehan ini, Ramidi selaku perwakilan aparat Desa Jadimulya mengatakan bahwa di wilayah Kec. Gunungjati yang masyarakatnya 90% menganut agama Islam, tidak menutup kemungkinan terjadi intoleransi. Intoleransi tidak hanya ada pada isu agama semata tetapi bisa juga terjadi dalam berbagai hal, seperti perselisihan antar desa, lanjut beliau. 

“Pemuda sebagai generasi penerus bangsa, harus dapat memahami perbedaan dan mengelolanya agar dapat menciptakan perdamaian dan kerukunan di tengah masyarakat. Oleh karena itu saya minta setelah dapat ilmu dari sini mari kita kembangkan ke keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat  luas”. Ucap Ramidi.

Setelah pembukaan dan penyampaian kata sambutan dari penyelenggara dan perwakilan pemerintah desa, kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan sesi materi yang dipandu oleh seorang Fasilitator. Pelatihan ini mencoba menggunakan metode diskusi dua arah, sehingga para peserta dapat digali pandangan, pemikiran dan pengalamannya terkait dengan materi-materi yang disajikan selama proses pelatihan. Dalam kegiatan ini ada tiga materi utama yang diberikan kepada para peserta, antara lain yaitu pemetaan gambaran demografi sosial-keagamaan, strategi mengenai bagaimana mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender secara rasional dan sistematis untuk mencapai sejumlah aspek dalam kehidupan, terakhir adalah mengenai upaya untuk bina damai atau menciptakan lingkungan masyarakat yang terdapat perdamaian di dalamnya.

Pada akhir pelatihan, peserta pelatihan diajak untuk melakukan evaluasi kegiatan, pengisian post-test, dan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL). Setelah kegiatan ini, para peserta setelah kembali ke desa masing-masing diharapkan dapat berperan aktif baik secara sendiri-sendiri maupun bekerja sama untuk menyebarkan pesan toleransi, kerukunan dan perdamaian, khususnya kepada kalangan pemuda di Gunungjati.

id_IDBahasa Indonesia