Pelatihan Pembuatan Narasi Alternatif di Ngargoyoso

Kerukunan merupakan modal dari pondasi masyarakat untuk bisa maju dalam pengelolaan

Imparsial pada hari sabtu, 28 januari 2023 melaksanakan Sarasehan Kerukunan di Kecamatan Ngargoyoso. Kesadaran dan pemahaman yang mendorong untuk mengadakan kegiatan ini adalah bahwa keadaan damai dan rukun tidak berangkat dari ruang kosong alias tiba-tiba ada dan kegiatan ini menjadi salah satu unsur penting dalam merawat kerukunan serta perdamaian dalam masyarakat.

Acara ini dilaksanakan di kantor Kecamatan Ngargoyoso, dengan peserta lebih dari empat puluh orang, terdiri dari tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh pemuda, dari sembilan desa di Kecamatan Ngargoyoso. Sarasehan dimulai dengan membedah buku: Mengangkat Kearifan Lokal Merawat Kerukunan: Pesan Damai Dari Kaki Lawu, ditulis oleh tokoh-tokoh agama yang masuk dalam komunitas lintas iman Janur Lawu Ngargoyoso. 

Narasumber pertama yaitu Suwandi, S.Pd. M.Pd, sebagai salah satu penulis buku. Beliau yang juga ketua dari Janur Lawu menyampaikan tentang manajemen kerukunan di kawasan wisata. Bagi Suwandi kerukunan merupakan modal dari pondasi masyarakat untuk bisa maju dalam memberdayakan sumberdaya alam berupa wisata alamnya.

Ngargoyoso mempunyai modal sumber daya alam berupa wisata alam. Namun jika masyarakatnya tidak rukun, modal ini tidak akan maksimal, atau justru tidak berguna. Jadi, antara kerukunan, perekonomian, dan narasi keagamaan yang damai saling terkait, tidak hanya dalam kerukunan, tapi juga dalam kesejahteraan masyarakat.” Terangnya.

Narasumber kedua adalah Haryani Saptaningtyas, SP, M.Sc, Ph.D. beliau juga sebagai pembeda buku turut mengapresiasi lahirnya buku ini. Menurutnya, buku ini datang diwaktu yang tepat, karena sebentar lagi akan memasuki tahun pemilu yang rawan akan konflik. Buku ini menjadi salah satu sumber penyejuk dan menjadi salah satu bukti kerukunan yang dipotret secara antropologis, serta apa adanya secara penyampaian. 

“Selain bahasa yang mudah dipahami, buku ini isinya daging semua” tegasnya. 

Pasca membedah buku, Haryani memfasilitasi peserta untuk memetakan berita tentang intoleransi dan berita toleransi. Peserta juga diminta menuliskan harapan dan kekhawatiran dalam kerukunan. Melalui pemetaan ini, Haryani menyampaikan materi tentang narasi toleransi, narasi negatif, kontra narasi, dan narasi alternatif. Haryani menyampaikan bahwa para peserta ini harus mampu menjadi penjembatan, penyambung, hingga perekat dalam upaya menjaga kerukunan. Karena dalam salah satu kekhawatiran terdapat indikasi adanya polarisasi dalam masyarakat. Semuanya kembali kepada pengelolaan dalam masyarakat yang mampu untuk menangkal “api” yang bisa menjadi konflik di masa depan. 

id_IDBahasa Indonesia