Imparsial

Pelatihan Pembuatan Narasi Alternatif di Gunungjati

Membuat pesan damai yang tidak memihak, demi menciptakan kerukunan.

Dalam rangka menggali keberagaman di dalam masyarakat terutama di Kecamatan Gunungjati, Imparsial mengadakan kegiatan sebagai wadah pertukaran pikiran dan menjadi jembatan antar warga setempat agak bisa bersinergi dalam kesepahaman menuju kerukunan dan perdamaian. Kegiatan ini dilakukan selama 2 hari yaitu pada hari sabtu-minggu, 04-05 Februari 2023. Adapun kegiatan ini dimulai dari jam 12.00 – 16.30 WIB.

Fasilitator kali ini dengan neneng alfiah yang mengarahkann para peserta untuk menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk mengawali kegiatan. Setelah itu dilanjutkan sambutan dari camat gunungjati yaitu Drs. H. Kusdiyono. Beliau menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat positif dan sangat relevan dengan trend hari ini yang semuanya serba digital karena nantinya kita akan diajarkan bagaimana menggunakan media sosial yang baik dan bijaksana. Media sosial salah satu platform digital yang sering kali banyak pesan provokasi dan berita hoax. Oleh karena itu pentingnya untuk menggali keberagaman, erukunan dan perdamaian di kecamatan gunungjati yang masyarakatnya berbeda, baik dari kelas sosial, budaya, dan agama. 

Selain itu menurut Camat GunungJati juga tidak hanya media digital saja tapi juga media lain yang secara langsung seperti pengajian, perlu untuk dicermati. Hal ini karena akhir-akhir ini ada penyampaian yang provokatif masuk melalui kegiatan kumpul agama. Oleh karena itu menghimbau kepada tokoh agama yang menjadi public figure serta memiliki jamaahnya tersendiri dapat mencontohkan hal-hal baik dan harus menyampaikan pesan-pesan meneduhkan serta menyejukkan hati agar dapat menyebarkan pesan yang membuat orang tersenyum dengan hanya mendengarkannya.  Beliau juga berpesan kepada peserta untuk mengikuti kegiatan ini dengan baik dan bisa mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari, dimulai dari lingkup keluarga yang nantinya akan berimbas pada kehidupan bermasyarakat secara luas.

Selanjutnya sambutan disampaikan juga oleh Kepala Desa Adi Dharma yaitu Suharto Hekso. Beliau menyampaikan kekhawatiran mengenai Indonesia yang dikenal dengan keberagamannya melalui semboyan bhinneka tunggal ika dapat terancam dengan gerakan politik pecah belah. Seperti contoh yang terjadi pada Uni Soviet yang bubar karena tidak bisa mengelola keberagaman yang ada. Contoh lain di Ambon yang sempat terjadi benturan akibat provokatif sentiment suku, akhirnya terjadi kerusuhan besar-besaran. Kemudian disambung sambutan dari perwakilan Imparsial yaitu anissa yudha yang menyampaikan bahwa di setiap desa pasti ada pesan positif, tinggal bagaimana kita mengemasnya agar bisa menjadi konsumsi bagi masyarakat luas, terutama masyarakat gunungjati dengan diadakannya kegiatan ini.

Kegiatan dilanjutkan dengan dimulai mengajak peserta untuk menuliskan harapan, kekhawatiran dan kontrak belajar melalui platform digital. Selesai semua peserta mengisi form, fasilitator memulai dengan pertanyaan apa itu literasi digital? Secara umum jawaban dari peserta adalah kemampuan seseorang untuk mencari dan menerima berbagai informasi, dan menyaringnya untuk dapat diterapkan untuk sendiri dan orang lain. Fasilitator menambahkan bahwa informasi yang didapatkan sekarang dengan adanya internet menjadi semakin bebas dan banyak bisa diakses dengan mudah. Budaya digital yang serba cepat dan bebas juga berdampak membawa hal-hal negative seperti seperti judi online atau berita yang dibagikan itu lebih banyak hal-hal yang mengarah pada hiburan dan tontonan yang tidak baik. Meskipun bagi peserta ada juga yang sekedar mencari hal positif seperti mencari resep masakan. 

Fasilitator menyampaikan bahwa diperlukan panduan untuk menyaring informasi yang bebas dan luas itu. Setidaknya Ada 4 hal yang perlu kita pahami dalam ruang digital agar realitas yang terjadi tetap positif, yaitu :

  • Pertama, etika digital. Etika digital merupakan tatakrama, sopan santun dan tertib. 
  • Kedua, kecakapan digital yaitu menyebarkan konten dan menyampaiakan hal-hal yang positif.
  • Ketiga, keamanan digital yang meliputi UU ITE, sandi dan peraturan dalam berselancar di dunia maya. 
  • Keempat, budaya digital yaitu bebas menyampaikan pendapat, ekspresi dan tidak fulgar serta tidak mengandung sara dan harus memperhatikan budaya masayarakat kita.

Kemudian Fasilitator mengajak peserta yang sudah dibagi dua kelompok untuk melihat informasi yang tersebar, kelompok 1 mencari berita yang berkaitan dengan narasi toleransi yang ada di internet dan Kelompok 2  mencari berita yang berkaitan dengan narasi intoleransi yang ada di internet. Hasil dari tugas tersebut ternyata kelompok 1 menemukan 12 erita dan kelompok 2 menemukan 15 berita. Hal itu menunjukan bahwa narasi digital kita masih banyak hal-hal negatifnya. Berita yang viral juga kebanyakan yang negatif dan berita yang mengupayakan toleransi juga kadang masih mendapat komentar negatif. Oleh karena itu tugas kita untuk mulai melakukan perubahan narasi digital agar budaya digital kita lebih baik lagi.  Setelah itu kegiatan ini di tutup dengan mengisi form online tentang perasaan peserta dalam mengikuti kegiatan hari ini.

Hari kedua atau hari selanjutnya dibuka dengan mereview kembali materi hari pertama, lalu dilanjutkan dengan pembahasan mengenai feminisme. Secara umum peserta menyampaikan bahwa feminisme adalah aktifis perempuan dan ada juga yang mengatakan penggerak perempuan. Lebih lanjut lagi mengenai feminisme, fasilitator menjelaskan wacana mengenai Feminisme disertai pro dan kontra. Ada alasan masing-masing yang menyertainya, ada yang  menolak mengatakan itu wacana dari produk barat, sedangkan yang mendukung untuk membela Wanita.

Pada hari kedua juga fasilitator mengajak para peserta untuk memahami pemahaman intoleran dan toleransi. Intoleran adalah bentuk pemikiran yang mengarah pada ajakan untuk tidak menghormati menghargai hak orang lain. Dan merampas kebebasan orang lain yang dijamin secara hukum. Ada juga narasi estremisme kekerasan yaitu narasi yang menyampaikan dukungann atas tindakan kekerasan. Contohnya, pembakaran masjid Ahmadiah karena dituding sesat atau ajakan untuk mendirikan khalifah karena merasa pemerintahan yang sekarang thagut. Ada juga contoh lain tentang perempuan dilarang menjadi pemimpin dalam suatu kelompok atau instansi karena dinilai tidak tegas serta stigma negative lainnya yang melekat.

Dalam menghadapi kedua hal tersebut, tentu kita harus netral dalam menyikapi suatu wacana agar esensi dan inti dari pemikiran itu dapat kita pahami lebih dalam lagi. Serta kita juga bisa menjadi penegah atau menghadirkan alternatif pandangan dengan tidak mendukung pihak manapun. Sehingga kita bisa memperkuat toleransi dan perdamaian, oleh karena itu pentingnya untuk memperhatikan pesan yang akan disampaikan ke khayalak luas. 

Ada 4 langkah yang perlu dipahami dalam menyampaikan pesan pemikiran yaitu

  •  Pertama, identifikasi mengapa dan tujuan pesan itu dibuat, tujuannya harus jelas.
  • Kedua, bentuk penyampaiannya bisa berupa status, teks khutbah dan berita serta video. Kontennya itu tidak melulu harus berasal dari diri sendiri tetapi bisa juga ambil kata-kata orang lain yang positif dan bijak untuk dibuat menjadi konten agar orang lain juga bisa menerima dengan baik.
  • Ketiga, platform atau media penyebarannya, bisa secara langsung atau di dunia maya seperti FB, YT, IG.
  • Keempat, tentu evaluasi melihat respon dari pembaca/komentar dari orang lain terhadap pesan yang kita sampaikan. Jika masih ada yang kurang maka kita bisa memperbaiki kembali dan menyampaikan ulang. 

Selesai pendasarannya, peserta diajak membuat pesan pemikiran postif mengenai cap go meh yang bertepatan dengan hari dimana kita melakukan pelatihan. Peserta membuat kelompok dan nantinya para peserta akan diajak berkunjung ke Vihara Dewi Welas Asih untuk menyaksikan acara cap go meh dan setiap peserta di wajibkan untuk membuat konten Narasi Alternatif atau pesan damai yang tanpa memihak serta berkesan mengajak dalam sudut pandang postif. Nantinya akan di upload di akun media sosialnya masing-masing. 

id_IDBahasa Indonesia