Perjumpaan Lintas Iman: Diskusi Sejarah dan Kearifan Desa Jatirejo

Menerapkan interaksi sosial yang inklusif, demi menumbuhkan toleransi.

Memahami sekaligus meneruskan sejarah dan kearifan desa merupakan salah satu instrumen menjaga kerukunan di desa. Jauh sebelum kegiatan ini berlangsung, pada awal program, bapak Sugeng selaku kepala desa sudah menyampaikan usaha merawat pesan pemikiran ini dalam bentuk penulisan sejarah desa. Kemudian pada kegiatan ini, Mbah Nur menyampaikan keinginan melaunching tulisan itu dalam acara ulang tahun desa Jatirejo. Sehingga, kegiatan ini membantu desa Jatirejo untuk merawat sejarah dan kearifan lokalnya.

Mbah Nur memberikan gambaran secara umum mengenai sejarah desa, gotong royong dan tradisi desa. menurut penuturan dari beliau, Jatirejo dikisahkan bermula dari adanya pohon jati yang tumbuh dipinggir jalan utama desa. Pohon jati itu konon muncul dari seorang pengelana, wali, syech Maulana Magribi, yang singgah di Jatirejo. Sebelum beranjak, Maulana Magribi menancapkan teken atau tongkat, dan akhirnya tumbuhlah pohon jati.

Dari kisah sejarah di atas, bisa disimpulkan bahwa kata Jati berasal dari pohon jati yang tumbuh dan “Rejo” memiliki arti ramai karena adanya ramainya aktivitas desa setempat. Ramainya desa diwujudkan dengan adanya guyub rukun dan gotong royong yang begitu kuat. Mbah Nur mencontohkan dengan dahulu sering adanya pembangunan rumah masyarakat dengan cara gotong royong, tanpa dibayar. Masyarakat hanya disiapkan makanan, minuman, dan bahan bangunan yang sudah disiapkan yang mempunyai hajat. Pembangunan ini dilakukan dari pondasi rumah, dinding, hingga atap. Setelahnya, masyarakat memoles sendiri rumah yang sudah berdiri ini. 

Semangat gotong royong juga menumbuhkan toleransi di desa. Pada awalnya, masyarakat Jatirejo tidak ada yang beragama Kristen. Setelah periode tahun dua ribuan, mulai masuk agama Kristen. Masuknya agama baru ini tidak menimbulkan friksi atau perbedaan pendapat di masyarakat. Tetapi tenyata akhirnya semua individu baik Islam maupun Kristen, dapat melakukan kegiatan kemasyarakatan tanpa pandang bulu serta aman, tidak dibeda-bedakan, seperti kegiatan nikahan, hingga kegiatan Yasinan, masyarakat Kristen mau terlibat membantu.

Lebih lanjut lagi ternyata Jatirejo juga banyak terdapat punden atau pohon besar yang menjadi tanda sumber air. Pada bulan Sura, masyarakat rutin melaksanakan tradisi bersih desa, bertempat di punden itu. Adanya punden juga berkaitan dengan sejarah desa. Karena pohon jati itu muncul di salah satu punden, sehingga narasi ini sering menjadi diungkapkan agar masyarakat tidak lupa asal usul desanya.

Diakhir sesi, kegiatan dialog ini tidak lupa menjelaskan tujuannya. Tentu untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan tokoh agama atau masyarakat dalam merawat kerukunan, dan kearifan lokal. Serta mendorong mereka berkolaborasi dengan pemerintah lokal, dalam rangka pengembangan berbagai inisiatif pertemuan dan interaksi sosial yang inklusif atau dalam artian bersikap untuk mengajak masuk serta mengikutsertakan. Inklusif juga bisa memiliki arti untuk memahami sesuai sudut pandangnya, jadi tidak ada ruang untuk menghakimi dan tidak memahami satu sama lainnya dalam berinteraksi sosial.

en_GBEnglish (UK)