- October 18, 2021 10:16
JAKARTA, METRO–Pengamat militer Al Araf menilai Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dinobatkan sebagai militer tekuat di Asia Tenggara versi GlobalFirePower (GFP) 2021 masih menghadapi sederet masalah. Mantan direktur Imparsial itu menyatakan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI belum mumpuni meski angkatan bersenjata kebanggaan nasional tersebut berada di peringkat ke-16 dunia dalam daftar GFP 2021.
Al -panggilan akrabnya- mengatakan data Kementerian Pertahanan (Kemenhan) menunjukkan persenjataan yang layak pakai di TNI AD, AL, maupun AU masih di kisaran 50-60. “Jadi, 40- 50 persen belum layak pakai karena kondisi tua, rusak, dan lain lain,” kata Al kepada JPNN.com belum lama ini.
Menurut Al, selama ini modernisasi alutsista TNI tidak berjalan baik. Selain itu, kesejahteraan prajurit TNI juga masih jadi persoalan. “Kesejahteraan prajurit masih belum cukup. Misal, masalah rumah dinas yang belum tecukupi, kualitas dan kuantitas pelatihan yang terbatas karena terbatas anggaranya, dan lain lain,” ujar Al.
Oleh karena itu, Al menyebut TNI sebagak kekuatan pertahanan masih menghadapi persoalan internal. “Jadi, kesimpulannya kekuatan pertahanan dan persenjataan kita belum maksimal dan masih banyak kendala,” kata ketua Inisiatif Untuk Demokrasi dan Keamanan (IDeKa) itu.
Sebelumnya, menurut GFP 2021 mencatat kekuatan militer Indonesia menempati peringkat ke-16 di antara 140 negara. Daftar ranking itu disusun berdasar skor military strength power index yang mencakup kekuatan militer, dukungan keuangan untuk belanja alutsista, kemampuan logistik, dan geografi.
TNI merupakan militer paling kuat di Asia Tenggara meski anggaran belanja untuk alutsistanya bukan yang terbesar. Skor militer Indonesia di GFP 2021 ialah 0,2684. Saat ini Singapura merupakan negeri di Asia Tenggara dengan belanja militer paling besar. Pada 2021, negeri pulau itu menganggarkan dana pertahanan sebesar USD 11,56 miliar atau sekitar Rp 154 triliun (dengan asumsi USD 1 setara Rp 14.000).(cr1/jpnn)