Adaptasi masyarakat dari pengaruh buruk dimulai dari keterlibatan para tokoh setempat
Keterlibatan tokoh agama dan masyarakat di tingkat komunitas sangat penting dalam membangun kemampuan untuk beradaptasi masyarakat dari pengaruh penyebaran intoleransi dan ekstremisme kekerasan. Posisi mereka sangat strategis karena tempat tinggalnya berdekatan serta hidup bersama dengan masyarakat, sehingga mereka lebih memahami konteks, masalah dan potensi lingkungan sosialnya. Dengan modal sosial yang dimilikinya, tokoh-tokoh di masyarakat kecil tersbut dapat memicu dan juga menjalankan berbagai kegiatan yang sesuai dengan kondisi serta kebutuhan masyarakatnya.
Salah satu upaya dapat dilakukan oleh para tokoh tersebut dengan aktif menyampaikan dan merawat toleransi, kerukunan dan perdamaian di lingkungan sosialnya. Hal ini menjadi penting karena terbangunnya sikap sosial yang saling menghormati dan menghargai perbedaan, termasuk penolakan terhadap kekerasan adalah pondasi sekaligus cerminan dari kemampuan adaptasi masyarakat terhadap efek bahaya dari hal-hal yang negatif.
Dalam rangka mendorong keterlibatan peran aktif tokoh agama dan masyarakat, pada tanggal 22-23 Oktober 2022, IMPARSIAL bekerjasama dengan Pelita Perdamaian, Pemuda Penggerak, MUI Desa, Pemerintah Desa dan Kecamatan menyelenggarakan Pelatihan Analisa Sosial tentang Pencegahan Intoleransi dan Ekstremisme Kekerasan. Kegiatan tersebut dikemas dalam bentuk Sarasehan Kebhinekaan yang bertempat di Sanggar Seni Soban Banjar Patoman, Desa Klayan, Kabupaten Cirebon. Proses berjalannya kegiatan pelatihan ini mengedepankan pendekatan komunikasi dua arah dan materinya juga lebih banyak menggali pengalaman dan pemikiran para peserta pelatihan. Dengan pendekatan tersebut, materi diskusi selama pelatihan dapat beranjak dari pengalaman keseharian hidup masyarakat sekitar, sehingga dapat mudah diterima dan dipahami oleh para peserta pelatihan.
Sebelum pelatihan dijalankan terdapat adanya pembukaan yang dihadiri oleh perwakilan IMPARSIAL, Pelita Perdamaian dan perwakilan perangkat kecamatan. Annisa Yudha yang merupakan perwakilan dari IMPARSIAL menyampaikan dalam sambutannya, pertemuan ini bertujuan selain untuk mendengarkan pendapat para ahli, bertujuan sebagai upaya pendampingan dann pemberdayaan dalam merawat perdamaian serta kerukunan di masyarakat. Hal ini sejalan dengan makna semboyan bangsa Indonesia Bhineka Tunggal Ika, yaitu perbedaan bukanlah penghalang atau pemecah, melainkan menjadi pemersatu generasi bangsa.
“Kami mencoba untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, supaya perdamaian dan kerukunan tetap terjaga di masyarakat. Sehingga bisa meminimalisir timbulnya konflik karena dapat saling memahami perbedaan yang ada,” tuturnya.
Sementara Haryono, selaku Ketua Pelita Perdamaian, menyampaikan bahwa peserta kegiatan diikuti oleh perwakilan tokoh agama dan tokoh masyarakat yang berasal dari 4 desa dari Kabupaten Cirebon, yaitu Desa Adhidarma, Desa Jadimulya, Desa Jatimerta, dan Desa Klayan. Diharapkan selepas pelatihan mereka dapat menyebarkan hasil pertemuan ini kepada masyarakat.
“Karena para tokoh inilah yang senantiasa memberikan nasihat serta arahan sehingga menjadi panutan warga sekitar,” terangnya.
Menanggapi adanya kegiatan ini, Drs. Kusdiyono, selaku pimpinan daerah Kecamatan GunungJati mengatakan bahwa pemerintah menyambut baik dan mendukung adanya kegiatan seperti ini. Karena sebagai warga negara yang baik tentu harus mempunyai kesadaran berkebangsaan yang baik pula.
“Indonesia merupakan bangsa majemuk, kondisi masyarakat, ras, keyakinan, agama, budaya dan lainnya. Oleh karena itu ketika ada upaya perawatan, agar masyarakat bisa saling menerima, memandang perbedaan, dan memaknai dalam kesatuan Indonesia. Itu merupakan satu hal yang sangat kita dukung”ucap beliau.
Kemudian sesi dilanjutkan dengan pelatihan yang dipandu oleh seorang Fasilitator berpengalaman yang akan menyusun rapi pengalaman dan pemikiran peserta pelatihan berdasarkan acuan modul untuk pengetahuan bersama peserta pelatihan. Ada tiga modul utama yang disajikan selama pelatihan. Pertama, memahami kehidupan sosial-keagamaan masyarakat, kedua, kesetaraan gender dan ekstremisme kekerasan, dan ketiga, ketahanan masyarakat dan perdamaian. Tujuan kegiatan ini ini tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan tokoh-tokoh komunitas terhadap akar persoalan dan dampak intoleransi dan ekstremisme kekerasan, tapi juga mendorong mereka untuk aktif mempromosikan toleransi, kerukunan dan perdamaian sebagai salah satu fondasi pembangunan ketahanan masyarakat dari pengaruh negatif yang dapat menimbulkan efek bahaya terhadap lingkungan masyarakat.
Sesi akhir pelatihan diisi dengan evaluasi dan penyusunan agenda Rencana Tindak Lanjut (RTL) oleh para peserta pelatihan, kemudian dilanjutkan dengan penutupan kegiatan. Setelah pelatihan dan para peserta kembali ke desa masing-masing, mereka diharapkan dapat lebih aktif memanfaatkan modal sosial yang dimilikinya untuk mempromosikan toleransi, kerukunan dan perdamaian kepada komunitas dan masyarakat luas di lingkungannya.